Standar Pasangan Ideal di Era Media Sosial: Realistis atau Cuma Ekspektasi?

Wahyu Ganzo
0

 


Zaman sekarang, siapa sih yang nggak punya standar dalam memilih pasangan? Mulai dari fisik, keuangan, sampai kepribadian, semua orang pasti punya kriteria sendiri. Tapi, di balik itu, kita sering lupa bahwa standar pasangan itu sifatnya subjektif, alias beda-beda untuk setiap orang. Tapi yang jadi masalah, di era media sosial ini, standar tersebut sering kali terbentuk dari hal-hal yang kadang nggak realistis. Nah, kali ini kita akan bahas lebih dalam tentang gimana sih kita seharusnya melihat standar pasangan yang ideal di dunia nyata!



Standar Pasangan Ideal: Gimana Kita Menentukannya?

Sebenernya, punya kriteria dalam memilih pasangan itu normal banget. Malah, penting buat menghindari drama dan kekecewaan di masa depan. Tapi, yang perlu diinget, standar ini subjektif alias beda tiap orang. Apa yang menurut kamu ideal, belum tentu sama dengan orang lain. Misalnya, ada yang ngerasa pasangan ideal itu harus tajir dan cakep, tapi ada juga yang lebih peduli sama sifat dan cara dia memperlakukan orang lain.


Media Sosial Bikin Standar Jadi Nggak Realistis

Coba deh perhatiin, gara-gara media sosial, banyak orang jadi punya ekspektasi yang super tinggi. Bahkan, standar yang tadinya fleksibel jadi makin ketat dan terkesan “wajib” dipenuhi. Misalnya, kamu sering lihat postingan pasangan yang kelihatannya sempurna banget di Instagram. Terus, tiba-tiba kamu ngerasa pasangan kamu nggak cukup “wah” karena nggak punya mobil mewah atau liburan ke luar negeri tiap bulan. Padahal, kehidupan nyata mereka mungkin nggak seindah di media sosial.


Realistis dalam Memilih Pasangan: Nggak Berarti Menurunkan Standar

Realistis di sini bukan berarti kamu harus ngorbanin standar dan milih sembarang orang. Lebih tepatnya, kamu harus sadar bahwa nggak ada orang yang sempurna. Punya harapan itu penting, tapi harapan itu harus sesuai dengan kenyataan. Daripada cari yang sempurna, mendingan cari yang match sama nilai-nilai kamu dan kamu bisa nerima kekurangannya.



Tantangan Standar Pasangan: Pengaruh dari Orang Tua dan Media Sosial
Banyak perempuan yang ngeliat sosok ayahnya sebagai standar buat pasangan mereka. Mereka lupa kalau kenyamanan hidup yang dimiliki sekarang adalah hasil dari perjuangan orang tua mereka selama bertahun-tahun. Dan lagi, banyak juga yang ngarep pasangan mereka udah mapan secara finansial di usia muda. Padahal, kenyataannya, nggak semua cowok bisa langsung mapan di umur 20-an. Kalo ekspektasinya terlalu tinggi, bisa-bisa kamu malah nggak nemuin yang cocok sama kamu.

Solusi: Jangan Cuma Ikut-ikutan Ekspektasi Orang Lain
Jadi, gimana solusinya? Pertama-tama, penting buat ngerem ekspektasi yang udah kebentuk dari media sosial. Fokuslah pada apa yang bener-bener penting buat kamu dalam jangka panjang. Nilai-nilai yang sama, cara komunikasi yang baik, dan dukungan satu sama lain adalah kunci utama dalam hubungan yang sehat. Dan yang paling penting, kamu harus sadar bahwa hubungan yang baik nggak terbentuk dalam semalam. Butuh proses, usaha, dan kompromi.



Standar pasangan ideal emang penting, tapi jangan sampai ekspektasi yang nggak realistis bikin kamu jadi susah nyari pasangan yang sesuai. Sebaiknya, kalo kamu lagi nyari pasangan, lebih fokus sama nilai-nilai yang penting dan realistis buat kamu. Sosial media emang asik buat liat-liat, tapi jangan sampai hal itu jadi patokan hidup kamu dalam memilih pasangan.


Kesimpulan

Media sosial bisa ngasih pengaruh besar dalam cara kita ngeliat standar pasangan ideal, dan sering kali, hal itu bikin kita jadi nggak realistis. Punya standar itu nggak salah, tapi yang lebih penting adalah gimana kamu bisa menyesuaikan ekspektasi dengan kenyataan yang ada. Jangan terlalu terpaku sama standar yang dibentuk media sosial, karena yang terpenting dalam hubungan adalah nilai-nilai dan kompatibilitas.


Disclaimer

Artikel ini disusun berdasarkan pengamatan umum dan pengalaman pribadi. Setiap orang berhak menentukan standar pasangan masing-masing dan hasil hubungan setiap orang bisa berbeda. Jangan jadikan artikel ini sebagai panduan mutlak, karena hubungan adalah hal yang sangat subjektif.



Sumber

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)
Contact Us