Perkembangan teknologi dan akses mudah terhadap informasi memang membawa banyak manfaat, namun di sisi lain, ada fenomena yang cukup memprihatinkan di kalangan anak-anak zaman sekarang. Kenakalan remaja, seperti kekerasan, bullying, hingga perilaku tidak pantas, seolah semakin marak dan terlihat menjadi bagian dari keseharian. Di balik fenomena ini, ada banyak faktor yang mempengaruhinya, mulai dari pengaruh media sosial, kurangnya perhatian orang tua, hingga lingkungan yang permisif terhadap perilaku negatif.
Artikel ini akan mengulas apa yang salah dengan perilaku anak-anak zaman sekarang, berdasarkan pembahasan dari video “Apa Yang Salah Dengan Anak Zaman Sekarang?” oleh Ghibran Arrazi. Video tersebut memberikan pandangan mendalam mengenai masalah moralitas, sosial, dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak-anak masa kini.
Kenakalan Remaja yang Semakin Meningkat
Kenakalan remaja bukanlah fenomena baru, namun data menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya, terjadi kenaikan sebesar 10,7% dalam kasus kenakalan remaja di Indonesia antara tahun 2019 hingga 2022. Tidak hanya melibatkan kenakalan ringan, tetapi juga tindakan kriminal serius seperti perampokan, yang bahkan dilakukan oleh remaja berusia 16 tahun.
Banyak anak-anak zaman sekarang terlibat dalam aktivitas ilegal seperti judi online. Tindakan-tindakan ini menjadi bukti bahwa perilaku menyimpang di kalangan remaja sudah menjadi fenomena yang semakin meresahkan.
Pengaruh Lingkungan dan Media Sosial
Pengaruh media sosial terhadap moralitas anak-anak sangat besar. Media sosial tidak hanya menjadi tempat mereka berinteraksi, tetapi juga menjadi sumber inspirasi untuk perilaku negatif. Banyak remaja yang merasa harus mengikuti tren yang dianggap keren di media sosial, meskipun hal tersebut sebenarnya merusak. Misalnya, mereka tak segan berbohong atau mencuri uang dari orang tua untuk bisa bermain game atau membeli barang yang mereka inginkan.
Selain itu, perilaku negatif yang sering ditoleransi oleh orang tua juga memperburuk keadaan. Alih-alih memberi bimbingan dan pengawasan, banyak orang tua justru membiarkan anak-anak mereka terjerumus dalam pergaulan buruk dengan alasan mereka “masih muda” dan “akan belajar dari kesalahan.”
Bullying dan Dampaknya yang Serius
Bullying di kalangan remaja merupakan masalah yang semakin parah. Dampaknya tidak hanya merusak secara fisik, tetapi juga meninggalkan trauma psikologis yang mendalam bagi para korban. Kasus-kasus bunuh diri akibat bullying semakin sering terdengar, terutama di kalangan remaja yang merasa tidak ada jalan keluar dari tekanan yang mereka alami.
Di sisi lain, perilaku menyimpang seperti pacaran berlebihan, penggunaan bahasa kasar, dan merokok di usia muda sering kali dirayakan sebagai sesuatu yang keren, terutama melalui konten media sosial. Romantisasi perilaku-perilaku tersebut menciptakan tekanan bagi remaja lainnya untuk ikut berperilaku serupa demi mendapat pengakuan dari teman-temannya.
Peran Media dan Influencer
Banyak influencer yang tanpa sadar (atau bahkan dengan sengaja) mempengaruhi anak-anak muda untuk meniru perilaku mereka. Teori pembelajaran sosial menjelaskan bagaimana anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat, terutama dari figur-figur publik yang mereka anggap idola. Sayangnya, jika influencer tersebut mempromosikan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, atau berperilaku kasar, maka pengaruhnya terhadap anak-anak bisa sangat negatif.
Selain itu, media juga berperan dalam memperkuat narasi negatif. Beberapa podcast, misalnya, sering kali menceritakan pengalaman-pengalaman yang dilebih-lebihkan, memberikan kesan bahwa perilaku negatif adalah sesuatu yang dapat diterima atau bahkan dihormati.
Kurangnya Perhatian dan Bimbingan Orang Tua
Salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah kurangnya perhatian dan bimbingan dari orang tua. Banyak orang tua yang sibuk dengan pekerjaan dan tidak memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak mereka, baik secara emosional maupun moral. Anak-anak membutuhkan lebih dari sekadar kebutuhan materi, mereka juga membutuhkan bimbingan dan kasih sayang agar dapat tumbuh dengan moralitas dan karakter yang kuat.
Tanpa bimbingan yang tepat, anak-anak cenderung mencari perhatian di tempat lain, sering kali dari lingkungan yang salah atau dari media sosial yang hanya menawarkan validasi sementara tanpa nilai-nilai positif.
Masalah kenakalan remaja yang semakin meningkat adalah fenomena yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Pengaruh negatif dari media, lingkungan, dan kurangnya perhatian orang tua telah menciptakan generasi yang rentan terhadap perilaku menyimpang. Namun, alih-alih menyalahkan satu pihak saja, penting bagi kita semua, terutama para orang tua dan pendidik, untuk mengambil peran aktif dalam membimbing dan mengarahkan anak-anak muda agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang baik dan bertanggung jawab.
Kesimpulan
Fenomena kenakalan remaja di kalangan anak-anak zaman sekarang disebabkan oleh banyak faktor, termasuk pengaruh media sosial, kurangnya bimbingan dari orang tua, dan romantisasi perilaku negatif di lingkungan mereka. Penting bagi orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan moral dan karakter anak-anak mereka, serta memberikan bimbingan yang tepat agar anak-anak tidak tersesat dalam tren negatif yang mereka lihat di sekitar mereka. Orang tua, guru, dan masyarakat secara keseluruhan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak-anak yang sehat, baik secara mental maupun moral.
Sumber
Refrensi
- Pelajar SMP di Semarang Mabuk dan Hajar Anak SD, Dihukum Wajib Lapor
- Fact Sheet Perkawinan Anak di Indonesia
- KPAI Ungkap Sekitar 3.800 Kasus Perundungan Sepanjang 2023, Hampir Separuh Terjadi di Lembaga Pendidikan
- Banyak Kasus Perundungan Anak, Puan Dorong Perbanyak Program ‘Anti-Bullying’
- Empat anak pelaku pemerkosaan dan pembunuhan siswi SMP di Palembang divonis bersalah – ‘Pelaku terpapar konten pornografi’
- Kasus “Bullying” Siswa SMP di Cilacap Dipicu karena Korban Gabung Geng Lain
- Mensos: Bunuh Diri Anak Indonesia 40 Persen karena Bullying
- Kenakalan Remaja yang Dianggap Keren bagi Gen Z
- Social learning theory
