Sekarang ini, pernikahan udah nggak lagi jadi fase hidup yang pasti kayak zaman dulu. Dulu, begitu usia dewasa, menikah itu semacam "jalur alami" yang diambil. Tapi sekarang? Banyak yang mulai ragu bahkan memilih buat nggak nikah sama sekali. Kenapa bisa gitu? Ternyata, hal ini bukan cuma soal preferensi pribadi, tapi juga dipengaruhi sama media sosial, terutama TikTok, yang udah ngebentuk pola pikir generasi sekarang.
Narasi Pernikahan di TikTok
Di TikTok, kita sering lihat dua kubu soal pernikahan. Di satu sisi, ada yang nunjukin standar super tinggi kayak resepsi mewah, pasangan sempurna, sampe kehidupan yang keliatannya "goals" banget. Di sisi lain, ada juga yang menyorot sisi gelap pernikahan: pasangan toksik, perceraian, dan masalah-masalah lainnya. Alhasil, ini bikin banyak orang jadi bimbang dan takut buat melangkah ke jenjang pernikahan.
Teori Perbandingan Sosial
Nggak bisa dipungkiri, ekspektasi soal pernikahan sekarang lebih banyak dipengaruhi sama apa yang kita tonton di TikTok ketimbang dari pengalaman pribadi atau nasihat keluarga. Ini nyambung ke Social Comparison Theory alias teori perbandingan sosial. Kita, tanpa sadar, sering banget ngebandingin hidup kita sama apa yang kita lihat di media sosial, termasuk pasangan-pasangan yang keliatan "sempurna" di TikTok. Ini bikin standar pernikahan jadi tinggi banget dan nggak realistis.
Overload Informasi
Kebanyakan informasi juga bisa bikin orang bingung. Di TikTok, ada terlalu banyak perspektif soal pernikahan yang kadang saling bertentangan. Akhirnya, banyak orang yang stuck di fase pengamatan, bingung buat ambil keputusan, bahkan malah takut buat melangkah. Ini bukan soal nggak siap, tapi lebih ke kebanyakan denger pendapat yang beda-beda.
Pengaruh Algoritma TikTok
Nggak cuma itu, algoritma TikTok juga punya andil besar dalam memperkuat pola pikir kita. Misalnya, kalau kamu sering nonton konten soal pernikahan yang negatif, algoritma TikTok bakal terus kasih konten serupa. Ini bikin persepsi kita tentang pernikahan jadi makin negatif. Akibatnya, bukannya fokus ke hal-hal positif, kita malah makin takut buat nikah.
Hyper Independence
Fenomena hyper independence juga nambahin ketakutan soal pernikahan. Banyak orang yang udah terlalu mandiri, terbiasa ngurus diri sendiri, dan merasa nggak butuh orang lain buat berbagi hidup. Akhirnya, mereka ngeliat pernikahan sebagai sesuatu yang bisa ngancam kemandirian mereka.
Trauma Masa Lalu
Selain itu, buat mereka yang punya pengalaman masa kecil di lingkungan keluarga yang nggak harmonis, pernikahan jadi sesuatu yang terlihat menakutkan. Menurut konsep post-traumatic growth, pengalaman buruk di masa lalu bisa bikin kita terjebak dalam ketakutan. Makanya, nggak heran banyak orang yang akhirnya menghindari komitmen jangka panjang, termasuk pernikahan.
Kesimpulan: Pernikahan di era TikTok jadi sesuatu yang dilematis. Di satu sisi, kita lihat standar tinggi yang bikin kita pengen punya pernikahan yang "sempurna". Tapi di sisi lain, ada ketakutan besar akibat konsumsi cerita negatif, faktor ekonomi, trauma masa lalu, dan kebiasaan hidup mandiri. Pada akhirnya, setiap orang punya pertimbangan masing-masing soal pernikahan, tapi jangan sampai kebanyakan info di TikTok bikin kita makin takut tanpa alasan yang jelas.
Disclaimer:
Artikel ini hanya bertujuan untuk memberikan sudut pandang berdasarkan pengamatan terhadap fenomena sosial di media sosial, terutama TikTok. Setiap keputusan terkait pernikahan harus dipertimbangkan secara matang dengan mempertimbangkan banyak faktor.
Informasi dalam artikel ini juga didukung oleh teori sosial dan pengaruh media. Semua sumber yang digunakan telah dicantumkan di bawah ini.
Sumber:






