Pengaruh Konten TikTok Terhadap Persepsi Pernikahan: Antara Ekspektasi dan Realita

Wahyu Ganzo
0

 

TikTok jadi platform yang booming banget sekarang ini, mulai dari video joget sampai konten-konten inspirasi kehidupan. Tapi, sadar nggak sih? Banyak banget konten di TikTok yang bikin kita punya persepsi baru tentang pernikahan. Terkadang, yang kita lihat di sana malah bikin kita berekspektasi tinggi soal hubungan. Bener nggak? Nah, di artikel ini, kita bakal ngebahas gimana sih pengaruh konten TikTok terhadap cara pandang kita tentang pernikahan. Keep scrolling, guys!




Pernikahan di TikTok: Antara Romantis dan Settingan

Di TikTok, kita sering lihat konten pernikahan yang super romantis, penuh dengan love language, kejutan sweet dari pasangan, pokoknya pasangan goals banget, deh. Tapi, jangan salah, nggak semua yang kita lihat itu real! Banyak juga yang settingan alias rekayasa demi konten. Nah, yang jadi masalah, banyak orang, terutama cewek-cewek, yang jadi merasa itu sebagai standar hidup. Hasilnya? Harapan yang terlalu tinggi, deh, dalam pernikahan mereka sendiri.

Normalisasi Perceraian sebagai Self-Love

Konten yang menormalisasi perceraian di TikTok juga jadi tren, lho. Bukan berarti perceraian itu buruk, tapi ketika dijadikan solusi pertama buat masalah kecil dalam rumah tangga, itu bisa berbahaya. Banyak orang mulai mikir, "Yah, kalau nggak happy ya cerai aja, biar bisa fokus ke self-love." Padahal, masalah kecil itu sebenarnya bisa diselesaikan tanpa harus buru-buru pisah, kan?

Standar Nggak Realistis: Bahaya di Balik Ekspektasi Berlebihan

Nggak sedikit yang kebawa arus sama standar nggak realistis yang dipromosikan di TikTok. Misalnya, harapan berlebihan dari pasangan buat selalu romantis, selalu perhatian, atau memenuhi segala tuntutan. Padahal, realitanya pernikahan itu butuh kerja sama dan pengertian dua arah. Kalau harapan terlalu tinggi, yang ada malah jadi toxic relationship, karena pasangan bakal merasa nggak pernah cukup memenuhi ekspektasi.

Kebahagiaan Pernikahan: Bukan dari TikTok, Tapi dari Usaha Bersama

Guys, kebahagiaan dalam pernikahan itu bukan sesuatu yang instan kayak konten viral. Nggak bisa cuma ngandelin TikTok buat nentuin bahagia atau enggaknya hubungan kita. Pernikahan butuh kerja keras, komunikasi, dan saling pengertian. Percaya, deh, likes, followers, dan komen manis di sosial media nggak bakal bikin hubungan jadi sempurna. Yang bisa bikin bahagia itu pengalaman nyata bareng pasangan, bukan cuma tren di TikTok.



Permasalahan

Masalah yang sering muncul gara-gara terlalu percaya sama konten TikTok adalah ekspektasi yang nggak realistis dalam hubungan. Banyak orang mulai ngerasa pasangannya nggak cukup atau nggak sesuai harapan, cuma karena membandingkan dengan konten-konten romantis yang mereka lihat di TikTok.

Solusi

Jangan gampang kebawa arus, guys. Kalau emang ada masalah di hubungan, coba selesaikan dengan komunikasi yang baik, jangan buru-buru ambil keputusan drastis kayak perceraian. Ingat, pernikahan itu perjalanan panjang, bukan balapan singkat. Lebih baik fokus memperbaiki daripada cuma ngikutin tren.



TikTok memang seru, apalagi buat hiburan dan inspirasi. Tapi, kita juga harus pinter-pinter filter konten, terutama soal hal-hal penting kayak pernikahan. Jangan sampai apa yang kita lihat di sosial media bikin kita salah paham tentang realita. Apa yang viral dan terlihat ideal di TikTok belum tentu jadi standar buat kehidupan nyata kita.

Kesimpulan

Kebahagiaan dalam pernikahan nggak datang dari tren sosial media. Itu hasil dari usaha, komunikasi, dan pemahaman antara dua orang. Jadi, jangan gampang kebawa ekspektasi yang dibangun sama konten TikTok, ya. Hidup nyata jauh lebih kompleks dan indah dibandingkan apa yang terlihat di layar handphone.



Disclaimer

Artikel ini ditulis berdasarkan pengamatan umum dan berbagai sumber yang tersedia. Konten TikTok yang disebutkan di sini hanyalah contoh dan tidak merujuk pada individu atau pihak tertentu. Semua informasi di artikel ini bertujuan untuk edukasi dan refleksi, bukan sebagai panduan pasti dalam kehidupan pernikahan.



Sumber:

Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)
Contact Us